Jumat, 12 Juli 2013

artikel politik



“Masuk Dunia Politik Bukan Hanya Modal Ngetop Saja”
            Menggeluti dunia kerja seharusnya memiliki kesiapan fisik maupun mental bukan cuma itu saja dalam suatu pekerjaan juga seharusnya memiliki pengetahuan atau pengalaman tentang pekerjaan itu sendiri, dan sudah mempersiapkan tanggung jawab untuk pekerjaan itu, sifat jujur, adil, dan bijaksana seharusnya dapat dimiliki oleh petinggi-petinggi negara.
 Dan tentunya pendidikan juga harus sesuai, apalagi bekerja didunia politik adalah hal yang sangat serius. Dan pada saat ini sedang ramai-ramai saat ini artis ingin menjadi caleg karena merasa dirinya dikenal oleh orang banyak hanya sebatas untuk mencari kekayaan suara. Bahkan dari salah satu artis yang mencalonkan dirinya ketika ditanya apakah anda mengerti tentang politik? Jawabannya adalah “saya belajar sambil terjun kedunia politik” apakah mungkin seseorang yang harus mengelola negara bisa dijadikan kelinci percobaan atau coba-coba yang dikhawatirkan kalau hal itu menjadi kenyataan negara kita akan ketinggalan lebih jauh lagi dibanding dengan negara-negara lain.
Tetapi kita tidak bisa mungkir sebab fakta menyatakan publik pigurlah yang mendapatkan suara terbanyak, lalu kemudian bagaimana sebaiknya sikap pemilih yang cerdas? Yang faktanya  minoritas, terkadang orang mau bereaksi tetapi dalam posisi diam.
Didesa untuk mensosialisasikan kandidat terkendala sebab mereka tetap memiliki perinsip menjatuhkan pilihannya kepada orang yang memiliki kepopuleran dalam hal ini orang yang memiliki piguralisme yang dikenal dikalangan umum, sebab ada pepatah sesuatu yang tidak dikenal sulit untuk menyayanginya. Apakah dengan fenomena semacam ini masih akan tetap berlaku bahwa suara terbanyak itulah yang terbaik sedang pemilih mayoritas yaitu pemilih-pemilih yang sumber daya manusia (SDM) yang kadarnya rendah. Hal inilah tantangan yang harus dipersiapkan oleh orang-orang yang memiliki sumber daya manusia yang berbobot.
            Dan sayangnya masyarakat awam melihatnya hanya dari sisi sensasi bukan subtansi, yang tidak mempedulikan pendidikan dengan diiming-imingin popularitas tentu saja masyarakat lebih memilih orang yang lebih terkenal, sehingga partai-partai politik manapun mengajak artis-artis untuk dapat mendapatkan kursi terbanyak. Seolah-olah partai politik itu berlomba-lomba dan mempermainkan bangku politik, yang memilih artis untuk jadi kandidat yang kita tahu bahwa mereka memiliki pendidikan yang minim tentang politik tentunya kita tidak ingin dong wakil rakyat kita adalah orang yang tidak bisa dalam bidang politik yang dimana mereka adalah calon wakil rakyat, dengan pendidikan yang tinggi dan dasar yang kuat tentunya untuk kedepannya bisa menjadi kuat sehingga tidak menimbulkan korupsi atau kesalahan yang nantinya terjadi didalam politik itu sendiri karna mereka sudah dibekali ilmu yang cukup.
            Yang terjadi saat ini yaitu pendidikan caleg sendiri tidak menjadi sorotan tetapi yang disorot itu ialah kepopulerannya hal itulah yang menjadi modal utama bagi seorang artis yang ingin mencalonkan dirinya, faktor pendidikannya bahkan sama sekali tidak disorot dalam kehidupannya, bahkan kita saja tidak tahu dia sarjana atau bukan, yang kita tahu hanya popularitas mereka didunia antertaiment saja tanpa kita tahu popularitasnya didunia politik.
             Andai seorang piguralis diusung oleh masyarakat untuk menjadi seorang pemimpin walau sebatas sensasi tetap mengingat masyarakat membutuhkan pemimpin yang mereka kenal sebagai kandidat harus menyadari itu suatu kepercayaan masyarakat yang perlu disyukuri namun untuk tidak mengecewakan kepercayaan itu kandidat harus mulai menyadari akan kekurangan didalam keilmuan seorang pemimpin, sebab tidak tertutup kemungkinan suatu saat berkembangnya pola pikir masyarakat akan bergeser dari sensasi akan kesubtansi.
            Kalau kita perhatikan para politisi yang selalu kontroversi dalam pemahamannya ada kemungkinan sistem yang perlu diperbaiki tetapi hal itupun belum tentu menyelesaikan masalah sebelum diri bagi pemimpin memiliki kepentingan pribadi atau golongan yang artinya tidak negarawan.
            Kalau saya boleh berpendapat sah-sah saja seorang piguralius menjadi seorang pemimpin, sebab masyarakat ada diantaranya yang mau mentaati aturan cara penyampaian tidak harus selalu idealis tetapi perlu bumbu-bumbu dalam hal mengolah suatu masakan agar sajiannya sesuai keinginan dengan masyarakat.
            Ketika seseorang ingin menjadi politisi harusnya memiliki keterampilan sebagai politisi juga, bukan popularitas saja yang diutamakan atau mereka masuk kedunia politik sambil belajar, dunia politikkan bukan ajang untuk coba-coba untuk mendapatkan suara terbanyak atau fasilitas saja mereka melakukan itu sepertinya dunia politik bukan seperti itu, ini uang rakyat dan untuk rakyat bukan sebuah keehidupan mewah saja yang bisa didapat sebagainya para politik bisa lebih mementingkan urusan rakyat yang tidak terealisasi, tapi sepertinya sulit dengan kebudayaan yang sekarang yang makin banyak saja artis jadi caleg.
Didalam kehidupan era globalisasi ini mau tidak mau harus diterima tuntutan masyarakat apresiasinya meningkat, lalu kemudian sebagai piguralis atau kandidat yang terpilih haruslah tiada hari tanpa inopatif.
            Pemimpin yang mau merubah dirinya sendiri demi masa depan bangsa dan negara saya rasa kehidupan bangsa kita kedepan akan tercipta aman, tertib, sejahtera, dan damai.
            Dan sebaiknya yang disorot itu sebuah pendidikan bukan kepopuleran semata dan pemerintah serta partai-partai politik lain yang menginginkan seorang artis jadi caleg sebaiknya melihat mereka dari sisi pendidikan yang memang sudah menjadi modal untuk bisa menjadi seorang pemimpin atau pejabat tinggi.
            Sebaiknya juga adanya semacam pelatihan atau pengenalan tentang dunia politik tersebut kepada para kandidat sehingga itu juga bisa menjadi modal utama bagi meraka yang akan mencalonkan diri sehingga mereka juga tidak kaget ketika sudah masuk kedalam dunia politik, dan dunia politik juga tidak menjadi kelinci percobaan, yang dimana mereka hanya ingin mencoba bagaimana menjadi petinggi negara, tetapi mereka juga harus mengerti apa itu fungsinya politik ada apa pekerjaan mereka.
            Dan pelatihan atau pengenalannya bisa dilakukan dalam waktu yang dibilang cukup mapan 2-3 tahun mereka mengenal yang namanya dunia politik baru mereka siap untuk terjun kedunia politi itu sendiri, dan pemerintah atau partai harus selektif untuk dapat memilih kandidat-kandidat yang akan maju sebagai wakil rakyat itu sendiri, sepeti dilihat dari pendidikan dia yang sudah sarjana, tentunya harus berkualitas jangan hanya kuantitas saja, dan mengandalkan popularitas.
            Dan artis juga sah menjadi anggota politik asalkan saratnya dipenuhi bila seseorang tersebut sudah menyelesaikan seleksi mekanisme internal partai, dan memenuhi persyaratan administrasi sesuai dengan aturan, seperti ijazah, kemampuan dan pemahaman dia didalam dunia politik tersebut.
            Siapapun, termasuk artis jika ingin menjadi caleg harus menyelesaikan penyeleksian tersebut sehingga caleg itu benar-benar memiliki kualiatas, sebab didalam peraturan pemerintah juga memberi tanggung jawab kepada partai politik untuk merekrut kandidat secara transparan.
            Dan sang artis juga harus melalui seleksi di KPU nanti seperti uji seleksi kesehatan, ijazah dan usia yang sudah ditentukan bila seorang tersebut sudah terpenuhi saratnya tentu saja  tidak boleh dilarang untuk menjadi kandidat karna syaratnya sudah dipenuhi.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar